PENATALAKSANAA DIET PADA PENYAKIT GINJAL
A. PENDAHULUAN
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat
penting sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh.
Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan
cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit
dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan
komposisi cairan ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume
cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi
tubulus.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla.
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic
non-communicable diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi,
diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit
menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat
utama.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi
sistem vaskuler sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini
sebelum pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit
jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi
ginjal yang memerlukan terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal.
Penyakit ginjal kronik biasanya desertai berbagai komplikasi seperti penyakit
kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di
tulang dan otot serta anemia.
Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih
mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang
merupakan penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi
ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa
komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat
dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu,
upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif
terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai
faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.
Definisi
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari
kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah
tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan
dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari
sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu
beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir
(ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal
ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price,
1992; 812)
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal
untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan
sisa metabolit ( toksik uremik ) di dalam darah. (Arif Muttaqin,2011; 166)
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis
yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung
progresif, dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus
kurang dari 50 ml/menit. (Arjatmo Tjokonegoro,2001;427)
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini kami bedakan menjadi
tujuan umum dan tujuan khusus. Untuk tujuan umum dari penyusunan makalah ini
yaitu untuk memberikan pemahaman mengenai gangguan system perkemihan akibat
gagal ginjal kronis, dan untuk
mengetahui bagaimana penerapan asuhan keperawatan terhadap klien dengan
gangguan system perkemihan akibat gagal ginjal kronis. Sedangkan tujuan
khususnya yaitu:
1.
Mengetahui mengenai pengertian, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan
medis yang terjadi pada penyakit gagal ginjal kronis.
2.
Mengetahui pengkajian pada pasien dengan gangguan sitem
perkemihan akibat gagal ginjal kronis, mengetahui cara menegakkan diagnosa
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan akibat gagal ginjal
kronis, dapat mengetahui cara membuat rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronis, dan dapat mengetahui
intervensi keperawatan dan mengevaluasi
pasien dengan gangguan sistem perkemihan akibat gagal ginjal kronis.
C. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron
(termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak
(hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik
disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah
banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai
15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein
(yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah
dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi
menjadi tiga stadium yaitu:
·
Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood
Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.
·
Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak
(Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood
Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai
meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
·
Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia).
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai
glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit
atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen
meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)
D. Manifestasi Klinis
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda
dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat
kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjsl kronis
mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi system
rennin-angiotenin-aldosteron), gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner
(akibat cairan berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan
pericardial oleh toksin uremik).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa
gatal yang parah (pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di
kulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap
penyakit ginjal tahap akhir. Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan
mencakup anoreksia, mual, muantah dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup
perubahan tingkat kesadaran, ketidak mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan
kejang.
Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a.
Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik
dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b.
Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai
muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak,
udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat
parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449)
antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas
sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem
pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada
lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan
cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah
sebagai berikut:
a.
Sistem kardiovaskuler
•
Hipertensi
•
Pitting edema
•
Edema periorbital
•
Pembesaran vena leher
•
Friction sub pericardial
b.
Sistem Pulmoner
•
Krekel
•
Nafas dangkal
•
Kusmaull
•
Sputum kental dan liat
c.
Sistem gastrointestinal
•
Anoreksia, mual dan muntah
•
Perdarahan saluran GI
•
Ulserasi dan pardarahan mulut
•
Nafas berbau ammonia
d.
Sistem musculoskeletal
•
Kram otot
•
Kehilangan kekuatan otot
•
Fraktur tulang
e.
Sistem Integumen
•
Warna kulit abu-abu mengkilat
•
Pruritis
•
Kulit kering bersisik
•
Ekimosis
•
Kuku tipis dan rapuh
•
Rambut tipis dan kasar
f.
Sistem Reproduksi
•
Amenore
•
Atrofi testis
Mekanisme yang pasti untuk setiap manifestasi tersebut
belum dapat diidentifikasi. Namun demikian produk sampah uremik sangat
dimungkinkan sebagai penyebabnya.
Pemeriksaan
Diagnostic
1.
Laboratorium :
a.
Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya
anemia, dan hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah
retikulosit yang rendah.
b.
Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan
antara ureum dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat
pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada
diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
c.
Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan.
Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunya dieresis
d.
Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena
berkurangnya sintesis vitamin D3 pada GGK.
e.
Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan
metabolisme tulang, terutama isoenzim fosfatase lindi tulang.
f.
Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya
disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
g.
Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism
karbohidrat pada gagal ginjal ( resistensi terhadap pengaruh insulin pada
jaringan perifer ).
h.
Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak,
disebabkan peninggian hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
i.
Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi
menunjukan Ph yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan
retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.
2.
Radiology
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar
ginjal ( adanya batu atau adanya suatu obstruksi ). Dehidrasi karena proses
diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan
tidak puasa.
3.
IIntra Vena Pielografi (IVP)
Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter.
4.
USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim
ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih dan prostat.
5.
EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri,
tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)
E. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah
untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua factor
yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan diatasi.
Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan
konservatif, Meliputi pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan hiperensi,
penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi
komplikasi. Dan penatalaksanaan pengganti diantaranya dialysis (hemodialisis,
peritoneal dialysis) transplantasi ginjal.
Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit dan mencegah komplikasi yaitu sebagai
berikut :
1.
Dialisis
Dialysis dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi
gagal ginjal yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang.
Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan
natrium dapat dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan kecenderungan pendarahan,
dan membantu menyembuhkan luka.
2.
Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena
hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat
adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah,
hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi
hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium,
pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3.
Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat
meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang
kuat, missal pada adanya insufisiensi koroner.
4.
Koreksi asidosis.
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral.
Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis
5.
Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan
vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi
harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
6.
Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK,
maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
F. Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Ginjal Kronis (Ggk)
1. Pengumpulan
data
Anamnesa
Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara
wawancara atau interview. Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa
yang lalu.
Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama,
riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan
keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan lingkungan dan tempat tinggal.
a.
Identitas
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat
tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM,
diagnose medis, dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
b.
Keluhan utama
Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya,
apakah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan.
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai
dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan
kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering,
rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit.
c.
Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada
saat di anamnesa meliputi palliative, provocative, quality, quantity, region,
radiaton, severity scala dan time.
Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onet penurunan
urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik,
adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan
nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi
masalahnya dan mendapat pengobatn apa.
d.
Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi
saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign
prostatic hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu
saluran kemih, infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes
mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi
predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian
obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
dokumentasikan.
e.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang
mengalami penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan dalam
keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi system perkemihan yang berulang dan
riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit menular pada keluarga.
f.
Riwayat Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya
tindakan dialysis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran
diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan
pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri ( gambaran diri ) dan gangguan
peran pada keluarga
g.
Lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai
kebersihan lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan
umum dan TTV
-
Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit
berat
-
Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan
tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi system saraf pusat
-
TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR
meningkat, tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat
b. Sistem
Pernafasan
Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik),
respon uremia didapatkan adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam
merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi
c. Sistem
Hematologi
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial.
Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD meningkat, akral
dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama
jantung, edema penurunan perfusiperifer sekunder dari penurunan curah
jantungakibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel.
Pada system hematologi sering didapatkan adanya
anemia. Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah,
biasanya dari saluran GI, kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari
trombositopenia.
d. System
Neuromuskular
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi
serebral, seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering
didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome,
restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
e. Sistem
Kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas system rennin- angiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan
sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner
akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan
cairan dan hipertensi.
f. Sistem
Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi
menurun pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang
menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu. Pada wanita
timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea.
Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin <
15 ml/menit) terjadi penuruna klirens
metabolic insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini
dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan berkurang.
Gangguan metabolic lemak, dan gangguan metabolism vitamin D.
g. Sistem
Perkemihan
Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai
anuri, terjadi penurunan libido berat
h. Sistem
pencernaan
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan
diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus
saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari
kebutuhan.
i.
Sistem Muskuloskeletal
Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram
otot, nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya
infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area ekimosis pada
kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan
sendi, keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium
b.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan
membrane mukosa mulut.
c.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
status metabolic, sirkulasi,sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan
aktivitas, akumulasi ureum dalam kulit.
d.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan,
anemia, retensi produk sampah dan prosedur
e.
Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan
dengan penurunan fungsi tubuh, tindakan dialysis, koping maladaptif
f.
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet
berlebih dan retensi cairan dan natrium
Tujuan :
Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Kriteria Hasil
: Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, piting edema (-),
produksi urine > 600ml/hr
G. Kesimpulan
Gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat
progresif dan irreversibel, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia(retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti yang
paling baik, akan tetapi mempunyai beberapa kendala seperti keterbatasan donor,
biaya mahal, efek samping obat-obatan imunosupresi dan rejeksi kronik yang
belum bisa diatasi. Keuntungan transplantasi ginjal ialah menghasilkan
rehabilitas paling baik dibandingkan dialysis.
Penyakit Ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang
terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda
kerusakan ginjal seperti proteinuria. Malnutrisi pada penderita gagal ginjal
disebabkan oleh intake makanan yang kurang. Diet yang dilakukan berbeda-beda
tergantung tingkat penyakit gagal ginjal yang dialami. Pemberian diet pada
penderita gagal ginjal yang baik juga dapat mempercepat proses penyembuhan.
Saran
·
Diet dipantau oleh ahli gizi dan juga dokter
·
Perhatikan kadar kalsium, protein dan kolesterol
pada penderita gagal ginjal
·
Selama proses penyembuhan penderita gagal ginjal
banyak mengkonsumsi air putih
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E,
Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C.
(1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A
dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi
Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer,
Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta
:EGC
Doenges,
Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC
Supartondo. (
2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta
: Balai Penerbit FKUI
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud
penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami tentang Penatalaksanaan Diet pada Penyakit Ginjal Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Gizi, mudah-mudahan
makalah ini bisa membantu bagi calon bidan untuk bekal nanti di lapangan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya bagi yang membaca
makalah ini. Amin.
Sukabumi,
Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
PENATALAKSANAAN DIET PADA PENDERITA GINJAL.................. 1
A. Pendahuluan......................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 3
C. Patofisiologi.......................................................................................... 3
D. Manifestasi
Klinik................................................................................ 4
E. Penatalaksanaan
Medis......................................................................... 8
F. Asuhan
Keperawatan pada Klien Gagal Ginjal.................................... 9
G. Kesimpulan........................................................................................... 14
H. Daftar
Pustaka...................................................................................... 16
Comments
Post a Comment